Sejarah Ekonomi Keynesian
Sejarah Ekonomi Keynesian
Sejarah Ekonomi Keynesian
Latar Belakang Munculnya Keynesianisme
Pada tahun 1930-an, Great Depression melanda dunia, menyebabkan pengangguran massal, penurunan produksi, dan krisis ekonomi global. Pada saat itu, teori ekonomi klasik yang dominan (misalnya, dari Adam Smith dan David Ricardo) menyatakan bahwa pasar akan menyesuaikan sendiri (mekanisme "invisible hand") dan mencapai keseimbangan tanpa intervensi pemerintah.
Gagasan Utama Keynes
Permintaan Agregat (Aggregate Demand) Penting : Keynes berpendapat bahwa total permintaan dalam perekonomian menentukan tingkat output dan pekerjaan.
Pasar Tidak Selalu Seimbang Secara Otomatis : Perekonomian bisa bertahan dalam kondisi "keseimbangan pengangguran" tanpa campur tangan pemerintah.
Peran Pemerintah Penting : Pemerintah harus aktif dalam mengatur permintaan melalui pengeluaran fiskal (belanja negara) dan kebijakan moneter.
Multiplier Effect : Setiap pengeluaran pemerintah akan menciptakan efek berantai yang meningkatkan pendapatan nasional lebih besar dari pengeluaran awal.
Kebijakan Fiskal Kontra-Siklus: Saat resesi, pemerintah harus meningkatkan belanja atau menurunkan pajak. Saat ekonomi memanas, mengurangi pengeluaran atau menaikkan pajak.
Pengaruh dan Penerapan
Pasca-Perang Dunia II hingga 1970-an: Teori Keynesian mendominasi kebijakan ekonomi di negara-negara Barat, termasuk program New Deal di AS, Marshall Plan, dan pembentukan sistem Bretton Woods.
1970-an - Kemunculan Kritik: Munculnya stagflasi (pengangguran tinggi + inflasi tinggi) membuat teori Keynes dikritik. Muncul aliran Moneteris (Milton Friedman) dan Ekonomi Klasik Baru.
2008 - Krisis Finansial Global: Banyak negara kembali menerapkan kebijakan Keynesian seperti stimulus fiskal besar-besaran untuk menyelamatkan ekonomi.
Namun, krisis tersebut bertahan lama dan teori klasik terbukti tidak mampu menjelaskan atau mengatasi masalah pengangguran dan stagnasi ekonomi. Keynes muncul dengan pendekatan baru.
1. Kritik terhadap Ekonomi Klasik :
- Sebelum Keynes, ekonomi klasik (seperti Adam Smith dan David Ricardo) percaya bahwa pasar akan selalu mencapai keseimbangan penuh (full employment) melalui mekanisme harga dan upah yang fleksibel.
- Namun, Depresi Besar menunjukkan bahwa pengangguran massal dan stagnasi ekonomi bisa bertahan lama tanpa intervensi pemerintah.
2. Great Depression (1929–1939) :
- Krisis ekonomi global menyebabkan pengangguran tinggi (25% di AS), produksi merosot, dan deflasi.
- Kebijakan "laissez-faire" (pasar bebas) gagal memulihkan ekonomi.
Pokok Pemikiran Keynes
1. Permintaan Agregat (Aggregate Demand / AD) :
- Pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh total permintaan (konsumsi, investasi, belanja pemerintah, ekspor-impor).
- Jika permintaan rendah, ekonomi akan stagnan.
2. Peran Pemerintah :
- Keynes menganjurkan "intervensi pemerintah" melalui "kebijakan fiskal" (contoh: peningkatan belanja negara, pajak, defisit anggaran) untuk merangsang permintaan.
- Contoh: Proyek infrastruktur besar-besaran menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan konsumsi.
3. Likuiditas dan Suku Bunga :
- Keynes memperkenalkan konsep "preferensi likuiditas" — orang mungkin menahan uang tunai alih-alih berinvestasi jika kondisi tidak pasti.
- Bank sentral harus mengatur suku bunga dan jumlah uang beredar ("kebijakan moneter") untuk mendorong investasi.
Pengaruh & Implementasi
- New Deal (1930-an, AS) : Program Presiden Franklin D. Roosevelt menerapkan ide Keynes melalui pekerjaan umum, regulasi perbankan, dan stimulus ekonomi.
- Bretton Woods (1944) : Keynes berperan dalam mendesain sistem moneter internasional pasca-Perang Dunia II, termasuk pendirian IMF dan Bank Dunia.
- Masa Keemasan Keynesian (1945–1970) : Kebijakan Keynesian mendominasi dunia Barat, menghasilkan pertumbuhan ekonomi tinggi dan stabilitas (misalnya Marshall Plan untuk Eropa).
Kritik & Kemunduran
- Krisis minyak dan inflasi tinggi + pengangguran (stagflasi) tidak bisa dijelaskan oleh teori Keynesian.
- Ekonom seperti "Milton Friedman" (Monetaris) menyerang Keynesianisme, menuduhnya menyebabkan inflasi.
Kebangkitan Kembali (2008–Sekarang)
- Krisis Finansial 2008 mengingatkan dunia pada pentingnya stimulus Keynesian (contoh: paket bailout bank, quantitative easing).
- Pandemi COVID-19 : Banyak negara menggunakan defisit anggaran besar-besaran untuk menyelamatkan ekonomi (contoh: bantuan langsung, subsidi).
Warisan Keynesianisme
Hingga kini, ekonomi Keynesian tetap relevan terutama dalam perumusan kebijakan fiskal dan moneter modern. Banyak negara masih menggunakan prinsip Keynesian untuk menstabilkan ekonomi dalam masa krisis.
- Teori Keynes tetap relevan dalam kebijakan anti-resesi, meski dikombinasikan dengan aliran lain (Neo-Keynesian, Post-Keynesian).
- Konsep seperti "multiplier effect" dan pentingnya stabilitas permintaan masih dipelajari hingga kini.