Teori Investasi "Irrevelance of Dividen Revelance" - Blog Rizki M Farhan
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Teori Investasi "Irrevelance of Dividen Revelance"

 Teori Investasi "Irrevelance of Dividen Revelance"

Teori Investasi "Irrevelance of Dividen Revelance"

Teori "Irrelevance of Dividend" atau ketidakrelevanan dividen diperkenalkan oleh Franco Modigliani dan Merton Miller (M&M) pada tahun 1961. Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak memengaruhi nilai perusahaan dalam kondisi pasar yang sempurna, yang berarti nilai perusahaan hanya ditentukan oleh arus kas operasional dan peluang investasinya, bukan oleh bagaimana laba dibagikan (dividen) atau ditahan (laba ditahan).

Asumsi Teori Irrelevance of Dividend

  1. Pasar Modal Sempurna
    Tidak ada pajak, biaya transaksi, atau biaya emisi saham.
  2. Investor Rasional
    Investor lebih peduli pada total pengembalian (dividen + capital gain) daripada cara pengembalian itu dibagikan.
  3. Informasi yang Sama
    Semua investor memiliki akses ke informasi yang sama (no information asymmetry).
  4. Tidak Ada Pengaruh Pajak
    Tidak ada perbedaan antara pajak dividen dan pajak capital gain.
  5. Tidak Ada Biaya Finansial Eksternal
    Perusahaan dapat dengan mudah mendapatkan pendanaan dari luar tanpa biaya tambahan.

Implikasi Teori

  • Dividen tidak relevan :
    Jika perusahaan membayar dividen, investor dapat menggunakan dividen itu untuk membeli lebih banyak saham perusahaan. Sebaliknya, jika perusahaan tidak membayar dividen, investor dapat menjual sebagian sahamnya untuk menciptakan "dividen buatan" tanpa mengubah total kekayaannya.

  • Nilai perusahaan bergantung pada profitabilitas dan keputusan investasi :
    Kebijakan dividen hanyalah distribusi laba, sehingga tidak memengaruhi kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai lebih bagi pemegang saham.

Kritik terhadap Teori

  1. Realitas Pasar Tidak Sempurna:
    Di dunia nyata, ada pajak, biaya transaksi, dan biaya emisi saham.
  2. Preferensi Investor:
    Beberapa investor lebih memilih dividen langsung (income-seeking investors) daripada capital gain di masa depan.
  3. Sinyal Dividen:
    Perubahan kebijakan dividen sering kali dianggap sebagai sinyal kondisi keuangan perusahaan.
  4. Kendala Pajak:
    Di beberapa yurisdiksi, pajak dividen lebih tinggi daripada pajak capital gain, sehingga dividen dapat memengaruhi nilai perusahaan.
Pernyataan bahwa "dividen itu tidak penting" berasal dari Teori Ketidakrelevanan Dividen oleh Modigliani dan Miller (M&M). Namun, pernyataan ini harus dipahami dalam konteks tertentu. Berikut adalah penjelasan lengkapnya :

Mengapa Dividen Dianggap Tidak Penting?

Menurut teori M&M, dalam pasar yang sempurna, nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh kebijakan dividen, melainkan oleh :
  1. Keuntungan operasional perusahaan.
  2. Keputusan investasi perusahaan dalam proyek yang menghasilkan nilai.

Alasan utama dividen dianggap tidak penting :

  • Jika perusahaan membayar dividen, investor dapat menginvestasikan kembali uang tersebut.
  • Jika perusahaan tidak membayar dividen, investor dapat menjual sebagian sahamnya (disebut "homemade dividend") untuk menciptakan penghasilan.

Asumsi Teori

Pernyataan "dividen tidak penting" berlaku hanya jika asumsi berikut terpenuhi :
  • Tidak ada pajak atau biaya transaksi.
  • Investor rasional, hanya peduli pada total return (dividen + capital gain).
  • Tidak ada perbedaan pajak antara dividen dan capital gain.
  • Perusahaan dapat dengan mudah mendapatkan pendanaan eksternal untuk proyek baru.
  • Informasi tentang perusahaan sepenuhnya transparan bagi semua investor.

Kenyataannya: Dividen Bisa Menjadi Penting

Dalam dunia nyata, asumsi di atas jarang terpenuhi. Dividen sering kali penting bagi investor karena beberapa alasan berikut:

1. Preferensi Investor

Beberapa investor, seperti pensiunan, lebih memilih pendapatan tetap dari dividen. Investor ini dikenal sebagai income-seeking investors.

2. Biaya Pajak

Di beberapa negara, pajak atas dividen lebih tinggi dibanding pajak atas capital gain. Hal ini membuat dividen menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan.

3. Sinyal Keuangan Perusahaan 

Kebijakan dividen sering kali dianggap mencerminkan kepercayaan manajemen terhadap stabilitas dan prospek masa depan perusahaan.

4. Ketidakpastian 

Dalam kondisi pasar yang tidak pasti, dividen memberikan pengembalian langsung kepada investor, yang lebih dihargai dibandingkan menunggu capital gain di masa depan.

5. Biaya Transaksi

Membuat "homemade dividend" dengan menjual saham melibatkan biaya transaksi, yang tidak ada dalam asumsi teori.
  • Dalam teori : Dividen tidak penting karena nilai perusahaan ditentukan oleh profitabilitas dan keputusan investasinya, bukan oleh cara laba dibagikan.
  • Dalam praktik : Dividen bisa menjadi penting karena preferensi investor, pajak, sinyal keuangan, dan ketidakpastian pasar.
Jadi, pernyataan "dividen itu tidak penting" hanya berlaku dalam kerangka teori dengan asumsi pasar sempurna, yang jarang terjadi di dunia nyata.

Kesimpulan

Teori ini relevan untuk memahami dasar-dasar keuangan perusahaan, tetapi dalam praktiknya, keputusan dividen sering kali dipengaruhi oleh faktor pasar, kebijakan pajak, dan preferensi investor.

Rizki M Farhan
Rizki M Farhan Saya adalah seorang penulis konten artikel untuk belajar yang membahas Teknologi Layanan Pendidikan Internet.